Rabu, 12 April 2017

LAPORAN HASIL STUDI WISATA YOGYAKARTA





LAPORAN HASIL STUDI WISATA YOGYAKA
RTA

Guru Pembimbing : Siti Iskada




 Disusun Oleh Kelompok   :  
Farahaina shellintang rizqillah

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
KABUPATEN PRINGSEWU
2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini berjudul Laporan Hasil Studi Wisata Yogyakarta.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian sekolah dan ujian nasional tahun pelajaran 2017/2018.
Pembahasan makalah ini berisi tentang sejarah, lokasi, deskripsi makna bangunan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar, Jogja Bay, Parangtritis, Taman Pintar, Candi Prambanan, Malioboro.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang kebudayaan bangsa Indonesia.



Pringsewu,             Januari 2017



Penulis
  
ii

 


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................        ii
DAFTAR ISI..........................................................................................        ii         
BAB I PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang Masalah..........................................................             1                   
1.2      Tujuan......................................................................................        1
1.3     Pembatasan Masalah................................................................        2
1.4     Teknik Pengumpulan Data.......................................................        2
1.5     Sistematika Penulisan...............................................................        3
BAB II PEMBAHASAN
2.1     Objek Wisata Candi Borobudur.............................................        4
2.1.1   Sejarah Candi Borobudur..............................................        4
2.1.2   Lokasi Candi Borobudur...............................................        6
2.1.3   Deskripsi Bangunan Candi Borobudur.........................        6
2.2     Objek Wisata Keraton Yogyakarta........................................        8
2.2.1   Sejarah Keraton Yogyakarta.........................................        8
2.2.2   Lokasi Keraton Yogyakarta..........................................        9
2.2.3   Deskripsi Bangunan Keraton Yogyakarta.....................        9
2.3     Objek Wisata Gua Jatijajar.....................................................        11
2.3.1   Sejarah Gua Jatijajar......................................................        11
2.3.2   Lokasi Gua Jatijajar.......................................................        12
2.3.3   Deskripsi Bangunan Gua Jatijajar.................................        13
2.4     Objek Wisata Candi Prambanan............................................        15
2.4.1   Sejarah Candi Prambanan.............................................        15
2.4.2   Lokasi Candi Prambanan..............................................        16
2.4.3   Deskripsi Bangunan......................................................        17
2.5     Objek Wisata Taman Pintar....................................................        18
2.5.1   Sejarah Taman Pintar.....................................................        19
2.5.2   Lokasi Taman Pintar......................................................        20
iii
2.5.3   Deskripsi Bangunan Taman Pintar................................        21
2.6     Objek Wisata Malioboro........................................................        21
2.6.1   Sejarah Malioboro.........................................................        22
2.6.2   Lokasi Malioboro .........................................................        23       
2.6.3   Deskripsi Bangunan Gua Jatijajar.................................        23
2.7     Objek Wisata Parang Tritis.....................................................        24
2.7.1   Sejarah Parang Tritis......................................................        24
2.7.2   Lokasi Parang Tritis.......................................................        25       
2.7.3   Deskripsi Bangunan Paring Tritis..................................        25
2.8     Objek Wisata Jogja Bay.........................................................        24

BAB III PENUTUP...............................................................................        29       
3.1      Simpulan................................................................................        29
3.2     Saran-saran.............................................................................        30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................        32
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................        33
iv
 



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu diantara banyak negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan sangat indah, sehingga banyak tempat di Indonesia yang di jadikan sebagai objek wisata. Objek wisata yang terbentuk baik yang dibangun oleh para leluhur bangsa ini maupun yang terbentuk secara alami akibat tenaga geologi, mampu menarik perhatian para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Selain itu, Indonesia juga dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Salah satu  kebudayaan Indonesia yang banyak menyisakan peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai sejarah yang dijadikan objek wisata di Indonesia.
Dengan adanya objek wisata berupa peninggalan sejarah tersebut, semoga bangsa Indonesia dapat memberikan banyak keutungan, baik dari segi ekonomi maupun dari segi pendidikan. Khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mengunjungi objek wisata tersebut akan menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peninggalan sejarah tersebut perlu dilestarikan agar tetap terjaga dengan baik untuk masa depan yang akan datang.
Hal itu yang mendorong penulis untuk membuat makalah ini yang berjudul Laporan Hasil Studi Wisata Yogyakarta. Selain diajukan untuk memenuhi tugas ujian sekolah.

1.2  Tujuan
Tujuan penelitian makalah ini sebagai berikut:
1)      Untuk mendeskripsikan sejarah Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta,   
Gua Jatijajar, Taman Pintar, Candi Prambanan, Jogja Bay, Parangtritis, Malioboro
2)   untuk mengetahui lokasi Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta,  Gua   
     Jatijajar, Taman Pintar, Candi Prambanan, Jogja Bay, Parangtritis, Malioboro
3)   untuk mendeskripsikan struktur dan makna bangunan Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta,  Gua Jatijajar, Taman Pintar, Candi Prambanan, Jogja Bay, Parangtritis, Malioboro.

1.3  Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian penulis mengunjungi beberapa objek wisata yaitu:
1)   Pantai Parangtritis,
2)   Keraton Yogyakarta;
3)   Candi Prambanan;
4)   Jalan Malioboro;
5)   Candi Borobudur;
6)   Gua Jatijajar
7)   Taman Pintar
8)   Jogja Bay
Pada penyusunan makalah ini, penulis akan membatasi pembahasan menjadi tiga objek wisata yaitu: Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar. Penulis akan membahas dari segi sejarah, lokasi, struktur dan makna bangunannya.

1.4  Teknik Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
1)   Observasi
Penulis mengunjungi dan mengamati secara langsung objek-objek wisata yang akan diteliti agar mempermudah mendapatkan data-data yang diperlukan.
2)   Interview
Penulis melakukan tanya-jawab serta mendengarkan informasi secara langsung dari narasumber mengenai objek-objek wisata.
1)   Studi Literatur
Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai jenis buku mengenai Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar, serta melalui situs internet.

1.3  Sistematika Laporan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu:
Bab I. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, pembatasan masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar yang membahas tentang sejarah, lokasi, struktur dan makna bangunannya.
Bab III. Penutup, berisi simpulan dan saran-saran, serta bagian terakhir daftar pustaka.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Objek Wisata Candi Borobudur


Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang sampai saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan, arkeologi, dan pengetahuan.   Berikut pembahasan tentang sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan Candi Borobudur.
2.1.1   Sejarah Candi Borobudur
Borobudur merupakan sebuah candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Madhori dalam buku Candi Borobudur Sepanjang Masa, yang menyatakan bahwa: “Candi Borobudur  terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, propinsi Jawa Tengah.”
( Madhori, 2013 : 12 )
Banyak teori yang menjelaskan asal usul nama Candi Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa asal usul nama ini kemungkinan berasal dari kata sambharabhudhara, yang artinya “gunungan” dimana pada lereng-lerengnya terdapat teras-teras. Secara etimologi Borobudur berasal dari ucapan “para Budha” yang karena pergeseran bunyi menjadi Borobudur. Penjelasan lain menyatakan bahwa Borobudur berasal dari kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara berarti kompleks Candi atau Biara, sedangkan beduhur berarti tinggi. Candi Borobudur dibangun oleh raja dari Dinasti Syailendra pada tahun 824 M. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aiaz Rajasa dalam buku Candi Borobudur, Candi Pawon & Candi Mendut (2007), yang menyatakan bahwa: “Candi Borobudur dibangun pada abad ke–8 Masehi. Adapun  Dinasti yang membangunnya adalah Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.”
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Waktu yang diperlukan untuk pembuatannya diperkirakan setengah abad.
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9.
Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Syailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.


Pembangunan candi-candi Buddha (termasuk Borobudur) saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja 

Menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu (wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa) yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Syailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

2.1.2   Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,4 m diatas pemukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas daratan disekitarnya. Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, kurang lebih 41 km dari Yogyakarta, dan 80 km dari Kota Semarang, Ibu Kota Jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingin oleh pegunungan Manoreh disisi selatan, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu disisi timur, serta Gunung Sumbing dan Gunung Sindiro disisi barat laut. Di sebelah timur Candi Borobudur juga terdapat sungai Proyo dan sungai Elo.

2.1.3   Deskripsi Bangunan Candi Borobudur
Candi  Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas 7,8 ha pada ketinggian 265,4 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas bukit disekitarnya. Untuk menyesuaikan dengan profil candi yang akan dibangun, bukit diuruk dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m–8,5 m. Bentang (ukuran) candi yang diurug dari dinding terluar adalah 121,7 m x 121,4 m dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35,4 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2, dan 3 tersusun dari batu andesit denga sistem dry masory (tanpa perekat) diperkirakan mencapai 55.000 m3 atau 2.000.000 blok batu. Untuk memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah horizontal, sedangkan untuk arah vertikal dengan sistem getakan.
Pada masing-masing tingkat dan penjuru mata angin terdapat pintu gerbang atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bangunan candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk, melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
Pada bagian puncak Candi Borobudur terdapat stupa. Stupa merupakan tempat menguburkan jenazah Budha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karso dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 Kelas SLTP (1995), yang menyatakan bahwa: “Stupa adalah tempat menguburkan jenazah Budha. Akan tetapi, bentuknya tidak seperti stupa di India, melainkan berbentuk punden berundak, yaitu bangunan suci nenek moyang Indonesia pada zaman megalitikum.”
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri. Candi Borobudur tersusun atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, tubuh, dan puncak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Madhori dalam buku Candi Borobudur Sepanjang Masa, yang menyatakan bahwa: ”Sebagai sebuah bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi atas tiga kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat, dan puncak.”


2.2    Objek Wisata Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks di Keraton tersebut digunakan sebagai museum. Berikut pembahasan tentang sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan Keraton Yogyakarta.
2.2.1  Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti yang dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di 
Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Keraton Yogyakarta.
Pada awalnya ada beberapa versi, Keraton Yogyakarta adalah bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Fungsi Pesanggrahan adalah tempat peristirahatan iringan–iringan jenazah raja–raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Makam Imogiri. Sedangkan versi lain menyebutkan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta adalah sebuah mata air yang bernama Umbul Pacethokan, terletak di tengah hutan Beringin.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

2.2.1   Lokasi Keraton Yogyakarta
Kraton Yogyakarta berlokasi di Jalan Rotowijayan 1, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55133, Indonesia. Kraton Yogyakarta berada di sekitar 7  lintang selatan dan 110lintang utara. Kraton Yogyakarta berada pada koordinat 7°48'23.6" lintang selatan dan 110°21'50.6" lintang utara. Kraton Yogyakarta diapit oleh dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukuran kurang lebih 100 x 100 meter. 

2.2.1   Deskripsi Bangunan Keraton Yogyakarta

Bagian-bagian utama Kraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan, kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan), Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kemandhungan Ler, kompleks sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kemagangan, Kompleks Kamardhungan Kidul, Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil), serta Alun-alun Kidul (Lapangan selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatan simetris. Sebagian besar bangunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton jugta memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton kilen, Kompleks taman Sari, dan Kompleks Istana Putera Mahkota mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen. Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan Keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, Dalem Kepatihan 9 istana Perdana Menteri dan Pasar Beringharjo.
Secara umum setiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal.
Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas. Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari udaya asing seperri Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan betiang 
bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang disebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.

2.3    Objek Wisata Goa Jatijajar
Gua Jatijajar adalah sebuah tempat wisata berupa gua alam yang terletak di desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Gua ini terbentuk dari batu kapur. Berikut pembahasan tentang sejarah, 
lokasi, dan deskripsi bangunan Gua Jatijajar.
2.3.1   Sejarah Gua Jatijajar
Gua Jatijajar ditemukan seorang petani yang memiliki tanah di atas Gua tersebut yang bernama K. Jayamenawi pada tahun 1802, diberi nama Jatijajar karena waktu ditemukan dimuka pintu goa dahulu ada dua pohon jati yang sedang tumbuh sejajar. Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Gua tersebut. Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ketemulah pintu Gua yang sekarang untuk masuk. Karena di muka pintu Gua ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka gua tersebut diberi nama Gua Jatijajar
Sebelum Gua Jatijajar dikembangkan menjadi objek wisata, Gua Jatijajar dimanfaatkan untuk bersemedi, mandi, serta untuk mengambil air untuk dibawa pulang.
Sungai atau sendang dibawah  tanah di Gua Jatijajar yaitu sungai Pusar Bumi dan Jombor yang tampaknya masih alami dan gelap, serta memiliki mitos dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sungai mawar mitosnya jika air digunakan untuk mandi atau sekedar mencuci muka, maka bisa awet muda. Sungai kantil, jika airnya digunakan untuk mencuci muka maka cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada masa penjajahan Belanda, Gua Jatijajar digunakan sebagai  tempat rekreasi yang dibuktikan dengan tulisan-tulisan nama pengunjung orang Belanda di dinding-dinding goa. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, Gua Jatijajar digunakan untuk pertambangan batu Fosfat.
Pada tahun 1975 Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Gua Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang pada waktu itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.
Untuk melancarkan dan melaksanakan pengembangan Gua Jatijajar ditunjuk langsung oleh Bapak Suparjo Rustam cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS adalah Bapak Saptoto, seorang seniman deorama yang terkenal di Indonesia. Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan pembagunan Gua Jatijajar, terlebih dahulu 
Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pembangunan Objek Wisata Gua Jatijajar Seluas 5,5 hektar.
Setelah Gua Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Sejak Gua Jatijajar dibangun, di dalam Gua Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Gua Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau diorama.

2.3.2  Lokasi Gua Jatijajar
Lokasi wisata Gua Jatijajar terletak 21 Km sebelah barat daya kecamatan Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu sebagian dari wilayah kabupatem Kebumen adalah termasuk ke wilayah Kadipaten Pasir Luhur yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Padjajaran, pusat pemerintahannya di Bogar (Batu Tulis), Jawa Barat. Untuk menuju ke objek wisata ini telah tersedia sarana dan prasarana transportasi, penginapan serta rumah makan yang relative representatif.

2.3.3   Deskripsi Bangunan Gua Jatijajar
Gua Jatijajar mempunyai panjang  dari pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250 m. lebar rata-rata 15 m dan tinggi rata-rata 12 m. Sedangkan ketebalan langit-langit rata-rata 10 m dan ketinggian permukaan laut 50 m.
Di dalam Gua Jatijajar banyak terdapat Stalagmit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya. Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 (satu) cm saja. Oleh sebab itu Gua Jatijajar merupakan gua Kapur yang sudah tua sekali.
Beberapa faktor alam yang mengakibatkan terjadinya gua–gua di daerah kapur di antaranya:


1)   Karena adanya aliran sungai di bawah tanah;
2)   Karena tekanan endogen dari dalam bumi; dan
1)   Karena abrasi air laut (hal ini terjadi khusus pada gua pantai).

Batu-batuan yang ada di Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. Karena umur yang sudah tua sekali itu, maka di muka Gua Jatijajar dibangun sebuah patung Binatang Purba Dinosaurus sebagai simbol dari Objek Wisata Gua Jatijajar, dari mulut patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang sepanjang tahun belum pernah kering. Sedangkan air yang keluar dari patung Dinosaurus tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya.
Diorama yang di pasang dan dalam Gua Jatijajar ada 8 (delapan) diorama, yang patung-patungnya ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda dari "Raden Kamandaka - Lutung Kasarung". Adapun kaitannya dengan Gua Jatijajar ialah, dahulu kala Gua Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Perlu diketahui bahwa zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat.
Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur Kali Lukulo masuk ke wilayah Kerajaan Mojopahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukulo masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Gua Jatijajar.
Di dalam Gua Jatijajar terdapat tujuh sungai atau sendang, tetapi yang dapat dicapai dengan mudah hanya empat sungai yaitu: Sungai Puser Bumi, Sungai Jombor, Sungai Mawar, dan Sungai Kantil.
Tiap-tiap sungai atau sendang mempunyai mitos, yaitu untuk sungai Puser Bumi dan Jombor, konon airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan sungai Mawar, konon artinya jika untuk mandi atau cuci muka, mempunyai khasiat awet muda. Kemudian sungai 
Kantil, jika airnya untuk mandi atau cuci muka maka niatnya atau cita-citanya mudah tercapai. Pada saat ini yang telah di bangun baru Sendang Mawar dan Sendang Kantil, sedangkan  Sendang Puser Bumi dan Sendang Jombor masih alami.
Berikut adalah data–data Gua Jatijajar :


Letak                    : Desa Jatijajar, Kabupaten Kebumen                           
Jarak                    : 42 Km dari kota kebumen
Lokasi                  : 5.5 Ha
Keadaan Tanah     : tanah kapur atau Kars
Ketinggian            : 50 m diatas permukaan laut
Panjang Goa         : 250 m
Lebar rata-rata       : 15 m
Tinggi rata-rata     : 12 m
Kedalaman            : 40 m
Suhu udara            : 20 - 32 0C
Kelembaban          : 60 %
  Jenis Batuan          : batu kapur, fosfat, cadas, dan batu kaisit

2.4  Objek Wisata Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
2.4.1 Sejarah Ditemukannya Candi Prambanan
            Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu.
Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
 Pada 1733, candi Prambanan ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Kemudian pada 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa waktu kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak.
Pada 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.
Pada 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada 1930. Pada 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga 1993.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Prambanan, khususnya candi Brahma. Hingga saat ini perbaikan masih terus dilakukan dan beberapa di antaranya sudah rampung.

2.4.2 Lokasi Candi Prambanan Yogyakarta
Siapa lagi yang tak mengenalnya? candi indah yang berada di Jogja dan merupakan salah satu tujuan destinasi wisata saat di Jogja.
Kompleks candi prambanan ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta. Lokasi Obyek Wisata Candi Prambanan Yogyakarta ini persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya pun sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Candi Prambanan sendiri  termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi. Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas. Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

2.4.3     Deskripsi Kompleks Candi Prambanan Candi Prambanan
Deskripsi bangunan percandian prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat) yang makin ke arah dalam makin tinggi tempatnyaberturut-turut luasnya 390 m2 ,222 m2, dan 110 m2. Di dalam latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara.
Apabila seluruhnya telah selesai di Pugar, maka aka nada 224 buah candi yang ukuranya sama yaitu luas dasar 6 m2 dan tingginya 14 m. candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda.
Candi prambanann adalah candi bercorak hindu yang terdapat di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan candi merupakaan candi hindu yang terbesar di Jawa Tengah.
Bentuk candi prambanan adalah sebagaimana yang di jelaskan di mitologi hindu yang paling dominan adalah bentuk atapnya yang meruncing ke atas.
Candi sebagai bangunan terdiri dari 3 bagian yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Bahwa ciri-ciri ragam candi jawa tengah ialah bentuk bangunanya tambun, atasnya berundak-undak, puncak berbentuk ratna atau stupa, gawang pintu dan relung berhias kalamakara, reliefnya timbul agak tinggi berlukisan naturalis, letak candi di tengah halaman, menghadap ke timur, dan terbuat dari batu andesit.
Bedasarkan pernyataan bisa di ambil kesimpulan bahwa candi Prambanan berbentuk sama separti candi-candi lain yang ada di jawa tengah dan itulah yang membedakan dengan candi yang berada di  jawa Timur.
Candi prambanan memiliki bangunan yang di pagari tembok keliling oleh deretan candi perwara selain itu candi ini memiliki dua candi apit didekat pintu masuk utara dan selatan

2.4   Objek Wisata Taman Pintar
Taman Pintar Yogyakarta (bahasa Jawa: Hanacaraka,) adalah wahana wisata yang terdapat di pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta, di kawasan Benteng Vredeburg. Taman ini memadukan tempat wisata rekreasi maupun edukasi dalam satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain sekaligus sarana edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Akses langsung kepada pusat buku eks Shopping Centre juga menambah nilai lebih Taman Pintar. Tempat rekreasi ini sangat baik untuk anak-anak pada masa perkembangan.
Beberapa tahun ini Taman Pintar menjadi alternatif tempat berwisata bagi masyarakat Yogyakarta maupun luar kota.
Taman ini, khususnya pada wahana pendidikan anak usia dini dilengkapi dengan teknologi interaktif digital serta pemetaan video yang akan memacu imajinasi anak serta ketertarikan mereka terhadap teknologi. Pada saat ini ada 35 zona dan 3.500 alat peraga permainan yang edukatif.
2.4.1   Sejarah Taman Pintar
Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk Pembangunan “Taman Pintar”.
Disebut “Taman Pintar”, karena di kawasan ini nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi.
Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.
Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang diresmikan dalam  Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo.
Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung Memorabilia.
Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

2.4.2. Lokasi Taman Pintar
Taman pintar berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 3 Yogyakarta, Indonesia. Lokasi taman ini sebelumnya merupakan lokasi Shooping Center yang kini direlokasi ke sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Societet Militair, dan Pasar Beringharjo. Di sebelah selatan taman ini terdapat Bank Indonesia cabang Yogyakarta, Kantor Pos Besar Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di sebelah timurnya terdapat Pos Polisi, sedangkan di sebelah baratnya terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Gedung Agung dan Jalan Malioboro.
Akses menuju taman pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat dengan Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).


2.4.3 Deskripsi Taman Pintar
Secara garis besar, materi isi taman ini terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia, dibagi menurut tingkat pra sekolah, taman kanak kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah. Sedangkan untuk penekanan materinya, diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan yang ada, mulai dari anjungan permainan, anjungan pengenalan, anjungan materi ilmu dasar, hingga anjungan penerapan iptek. Format materinya disusun dalam bentuk sub-sub tema dan zona ruang sebagai media penyampaian materi yang terkandung.
Disini anak-anak bukan hanya dapat bermain secara menyenangkan, namun juga sambil belajar dan tentu menyenangkan. Beragam wahana dibuat semenarik mungkin sehingga anak-anak secara tidak sadar sedang menjalankan proses pendidikan yang sangat positif bagi perkembangan mental dan fisiknya.

2.5.  Objek Wisata Malioboro
Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan.
Malioboro adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong maupun warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta  sepanjang trotoar kaki limanya dijejali  lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian warga Yogyakarta.



2.5.1 Sejarah Asal Usul Malioboro Jogja
Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg berarti karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I pada th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu di kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya, Malioboro berada berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai parang tritis jogja.
Malioboro terletak 800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro yogyakarta dulunya pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran dan gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang menjadi pusat bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di Yogyakarta.

2.5.2 Lokasi Malioboro
Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta  yang merupakan soko guru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa penting sejarah Indonesia dimulai dari sini.



2.5.3 Deskripsi Malioboro
Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula. Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan pemerintahan Sultan HB I

2.6.   Obyek Wisata Pantai Paring Tritis
Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
2.6.1 Sejarah Pantai Parangtritis
Sejarah nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.

2.6.2 Lokasi Pantai Parangtritis
Kawasan wisata Pantai Parangtritis  terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan dengan areal persawahan yang luas menghijau, suangai yang mengalir indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan, dan sebagainya.

2.6.3  Deskripsi Pantai Parangtritis
Parangtritis adalah sebuah pantai sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari terbenam (sunset) yang sangat romantis.
Kompleks yang termasuk kawasan Pantai Parangtritis  meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Datarang Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam pemandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini ditemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis  yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika menginginkan medan yang lebih menantang, bisa juga mengunjungi bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, juga akan disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas di antara bebatuan kapur, akan mencapai tempat yang digunakan untuk  take off gantole.
 
2.7.  Objek Wisata Malioboro
Jogja Bay Adventure Pirates Waterpark adalah taman wisata waterpark Jogja Bay yang berada di tanah seluas 7,7 hektar. Waterpark di Jogja yang satu ini lokasinya persis ada di sebelah utara Stadion Maguwoharjo. Jadi sangat mudah menemukan lokasi dari Jogja Bay. Selain itu, untuk memanjakan para pengunjungnya, pihak pengelola setidaknya sudah menyiapkan 19 wahana air yang siap menghibur siapa saja dengan berbagai pengalaman bermain air yang seru.
Dengan semua wahana ada, harga tiket masuk Jogja Bay Adventure Pirates Waterpark ini tidak terlalu mahal. Harga tiketnya adalah IDR 60.000 untuk anak-anak dan IDR 90.000 untuk orang dewasa. Selain itu untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun gratis, sementara dewasa di atas 65 tahun adalah IDR 60.000. Nah, kalian mau coba liburan ke Jogja Bay Adventure Pirates Waterpark? Waterpark terbaru di Jogja ini katanya yang terbesar di Indonesia loh!
2.7.   Obyek Wisata Jogja Bay
Balong Waterpark, Salah satu waterpark di Jogja untuk liburan bareng keluarga
Balong Waterpark adalah waterpark di Jogja yang berada di Jalan Pleret, Banguntapan, Bantul. Disini tentunya ada berbagai wahana air seru yang bisa kalian nikmati. Salah satu yang keren misalnya adalah Water Coaster yang menyediakan pengalaman berseluncur dengan kecepatan 60 km/jam dari ketinggian sekitar 9.
Yang lebih seru lagi ketika kalian mencoba wahan Water Coaster, kalian bisa berseluncur secara berpasangan. Karena memang wahana yang satu ini menyediakan 2 jalur seluncur yang bersebelahan. Atau, jika kalian masih merasa kurang puas, dan ingin lebih memacu adrenalin, ada juga water slide setinggi 12 m. Keren gak?
Sementara itu, biasanya wahana Family Slide menjadi pilihan yang tepat jika ingin berseluncur secara bersamaan atau beramai-ramai. Memang lebar wahana Family Side di Balong Waterpark ini mencapai 3,5 m. Nah, tunggu apa lagi, sebaiknya kalian segera liburan kesini deh!




BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Yogyakarta memiliki objek-objek wisata yang menarik untuk ditelusuri dan  juga memiliki ciri khas dan daya tarik yang berbeda-beda. Namun, semua kelebihan itu tidak luput dari kekurangan, meskipun semua kekurangan tersebut mampu ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki objek tersebut.
Candi Borobudur merupakan warisan budaya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Candi ini terletak di desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terkenal karena arsitektur bangunannya yang megah dan mencirikan agama Buddha. Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 M.
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti yang dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bangunan Keraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Keraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Keraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat.
Gua Jatijajar ditemukan oleh K. Jayamenawi pada tahun 1802. Goa Jatijajar    mempunyai panjang  dari pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250 m. lebar rata-rata 15 m dan tinggi rata-rata 12 m. Sedangkan ketebalan langit-langit rata-rata 10 m. Gua Jatijajar terletak di Kebumen, Jawa Tengah.




3.2    Saran-saran
Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa objek wisata yang ada di wilayah Yogyakarta seperti Candi Borobudur perlu dikembangkan dan dilestarikan. Banyak candi–candi yang berada di wilayah tersebut rusak. Oleh karena itu, sebaiknya proses perenovasian segera dilakukan. 
Candi Borobudur walaupun keadaan bangunannya lebih terlihat kokoh, namun bila dilihat secara spesifik banyak sekali bagian bagian candi yang tidak pada tempatnya, sebaiknya dilakukan perbaikan kembali terhadap candi–candi yang runtuh.
Keraton Yogyakarta juga merupakan salah satu objek wisata yang menarik dan unik tetapi tidak banyak kegiatan tradisional yang diperlihatkan didalam Keraton tersebut sehingga menimbulkan kesan bosan, sebaiknya lebih diperlihatkan lagi mengenai kegiatan-kegiatan dalam Keraton agar lebih menonjol, sehingga pengunjung lebih mengerti dan paham tentang kegiatan yang ada didalam Keraton tersebut.
Sementara itu Gua Jatijajar tidak terdapat kerusakan dan keruntuhan pada dinding dan sekitar Gua. Akan tetapi, tingkat kebersihan dan keamanan di Gua Jatijajar sangatlah kurang. Jadi, mohon untuk ditingkatkan kebersihan dan keamanan pada objek wisata tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Badudu J.S. dan Sultan Moh. Zain 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka  Sinar Harapan.
Fais, Ali. 2003. IPS 2 Kelas 4 SD. Klaten: Intan Pariwara
Karso. 1995. Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 Kelas 1 SLTP. Bandung: Angkasa.
Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Jawa Tengah: PT Taman Wisata Candi.
Rajasa, Aiaz. 2007. Candi Borobudur Candi Pawon & Candi Mendut. Percetakan Kupu.
Unit Taman Wisata Candi Prambanan. Kompleks Percandian Prambanan (Loro Jonggrang) dan candi – candi sekitarnya. Tlogo Prambanan: PT Taman Wisata Candi.
Candi Borobudur. Tlogo Prambanan: PT Taman Wisata Candi.
Rusmin. 1991. Goa Jatijajar. Kebumen: Dinas Perhubungan dan Kepariwisataan
Staf Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
         Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Syukur, Abdul. 2005. Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Wardiyatmoko, K. 2004. Biografi SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga

Sumber Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur, halaman ini terakhir diubah pada 12.15, 18 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat, halaman ini terakhir diubah pada 12.27, 18 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Jatijajar, halaman ini terakhir diubah pada 12.43, 18 Januari 2014.



LAMPIRAN



 
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

0 komentar: