Guru Pembimbing : Siti Iskada
Disusun Oleh Kelompok :
Farahaina
shellintang rizqillah
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
KABUPATEN PRINGSEWU
2016
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini berjudul Laporan Hasil Studi Wisata Yogyakarta.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mengikuti ujian sekolah dan ujian nasional tahun pelajaran 2017/2018.
Pembahasan makalah ini berisi tentang sejarah, lokasi,
deskripsi makna bangunan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Keraton
Yogyakarta, dan Gua Jatijajar, Jogja Bay, Parangtritis, Taman Pintar, Candi
Prambanan, Malioboro.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik
materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah
wawasan tentang kebudayaan bangsa Indonesia.
Pringsewu,
Januari 2017
Penulis
ii
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.......................................................... 1
1.2
Tujuan...................................................................................... 1
1.3 Pembatasan
Masalah................................................................ 2
1.4 Teknik
Pengumpulan Data....................................................... 2
1.5 Sistematika
Penulisan............................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Objek
Wisata Candi Borobudur............................................. 4
2.1.1 Sejarah Candi Borobudur.............................................. 4
2.1.2 Lokasi Candi Borobudur............................................... 6
2.1.3 Deskripsi Bangunan Candi
Borobudur......................... 6
2.2 Objek
Wisata Keraton Yogyakarta........................................ 8
2.2.1 Sejarah Keraton Yogyakarta......................................... 8
2.2.2 Lokasi Keraton Yogyakarta.......................................... 9
2.2.3 Deskripsi Bangunan Keraton
Yogyakarta..................... 9
2.3 Objek
Wisata Gua Jatijajar..................................................... 11
2.3.1 Sejarah Gua Jatijajar...................................................... 11
2.3.2 Lokasi Gua Jatijajar....................................................... 12
2.3.3 Deskripsi Bangunan Gua
Jatijajar................................. 13
2.4 Objek
Wisata Candi Prambanan............................................ 15
2.4.1 Sejarah Candi Prambanan............................................. 15
2.4.2 Lokasi Candi Prambanan.............................................. 16
2.4.3 Deskripsi Bangunan...................................................... 17
2.5 Objek
Wisata Taman Pintar.................................................... 18
2.5.1 Sejarah Taman Pintar..................................................... 19
2.5.2 Lokasi Taman Pintar...................................................... 20
iii
|
2.6 Objek
Wisata Malioboro........................................................ 21
2.6.1 Sejarah Malioboro......................................................... 22
2.6.2 Lokasi Malioboro ......................................................... 23
2.6.3 Deskripsi Bangunan Gua
Jatijajar................................. 23
2.7 Objek
Wisata Parang Tritis..................................................... 24
2.7.1 Sejarah Parang Tritis...................................................... 24
2.7.2 Lokasi Parang Tritis....................................................... 25
2.7.3 Deskripsi Bangunan Paring
Tritis.................................. 25
2.8 Objek
Wisata Jogja Bay......................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................... 29
3.1 Simpulan................................................................................ 29
3.2 Saran-saran............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 32
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................... 33
iv
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu diantara banyak negara yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah dan sangat indah, sehingga banyak tempat di
Indonesia yang di jadikan sebagai objek wisata. Objek wisata yang terbentuk
baik yang dibangun oleh para leluhur bangsa ini maupun yang terbentuk secara
alami akibat tenaga geologi, mampu menarik perhatian para wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara.
Selain itu, Indonesia juga dikenal dengan keanekaragaman budayanya.
Salah satu kebudayaan Indonesia yang banyak menyisakan
peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai sejarah yang dijadikan objek
wisata di Indonesia.
Dengan adanya objek wisata berupa peninggalan sejarah tersebut, semoga
bangsa Indonesia dapat memberikan banyak keutungan, baik dari segi ekonomi maupun
dari segi pendidikan. Khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mengunjungi
objek wisata tersebut akan menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
tentang peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peninggalan
sejarah tersebut perlu dilestarikan agar tetap terjaga dengan baik untuk masa
depan yang akan datang.
Hal itu yang mendorong penulis untuk membuat makalah ini yang berjudul
Laporan Hasil Studi Wisata Yogyakarta. Selain diajukan untuk memenuhi tugas
ujian sekolah.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian
makalah ini sebagai berikut:
1) Untuk mendeskripsikan
sejarah Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta,
Gua Jatijajar, Taman Pintar, Candi Prambanan, Jogja Bay,
Parangtritis, Malioboro
2) untuk mengetahui
lokasi Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, Gua
Jatijajar, Taman
Pintar, Candi Prambanan, Jogja Bay, Parangtritis, Malioboro
3) untuk
mendeskripsikan struktur dan makna bangunan Candi Borobudur, Keraton
Yogyakarta, Gua Jatijajar, Taman Pintar,
Candi Prambanan, Jogja Bay, Parangtritis, Malioboro.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan
penelitian penulis mengunjungi beberapa objek wisata yaitu:
1) Pantai
Parangtritis,
2) Keraton Yogyakarta;
3) Candi Prambanan;
4) Jalan Malioboro;
5) Candi Borobudur;
6) Gua Jatijajar
7) Taman Pintar
8) Jogja Bay
Pada penyusunan makalah ini, penulis akan membatasi pembahasan menjadi
tiga objek wisata yaitu: Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua
Jatijajar. Penulis akan membahas dari segi sejarah, lokasi, struktur dan makna
bangunannya.
1.4 Teknik Pengumpulan
Data
Dalam pembuatan makalah ini, teknik pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah:
1)
Observasi
Penulis mengunjungi dan mengamati secara langsung objek-objek wisata
yang akan diteliti agar mempermudah mendapatkan data-data yang diperlukan.
2)
Interview
Penulis melakukan tanya-jawab serta mendengarkan informasi secara
langsung dari narasumber mengenai objek-objek wisata.
1)
Studi Literatur
Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai jenis buku
mengenai Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar, serta melalui
situs internet.
1.3 Sistematika Laporan
Sistematika
penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu:
Bab I. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan,
pembatasan masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan mengenai objek wisata
Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Gua Jatijajar yang membahas tentang
sejarah, lokasi, struktur dan makna bangunannya.
Bab III. Penutup, berisi simpulan dan saran-saran, serta
bagian terakhir daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Objek Wisata Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang
sampai saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi
kepariwisataan, arkeologi, dan pengetahuan. Berikut pembahasan
tentang sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan Candi Borobudur.
2.1.1 Sejarah Candi Borobudur
Borobudur merupakan sebuah candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Madhori dalam buku Candi Borobudur
Sepanjang Masa, yang menyatakan bahwa: “Candi Borobudur terletak di
desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, propinsi Jawa Tengah.”
( Madhori, 2013 :
12 )
Banyak teori yang menjelaskan asal usul nama Candi Borobudur. Salah
satunya menyatakan bahwa asal usul nama ini kemungkinan berasal dari kata
sambharabhudhara, yang artinya “gunungan” dimana pada lereng-lerengnya terdapat
teras-teras. Secara etimologi Borobudur berasal dari ucapan “para Budha” yang
karena pergeseran bunyi menjadi Borobudur. Penjelasan lain menyatakan bahwa
Borobudur berasal dari kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara berarti kompleks
Candi atau Biara, sedangkan beduhur berarti tinggi. Candi Borobudur dibangun
oleh raja dari Dinasti Syailendra pada tahun 824 M. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aiaz Rajasa dalam buku Candi Borobudur, Candi Pawon & Candi
Mendut (2007), yang menyatakan bahwa: “Candi Borobudur dibangun pada abad
ke–8 Masehi. Adapun Dinasti yang membangunnya adalah Dinasti Syailendra
yang menganut agama Budha Mahayana.”
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu
Pramudawardhani. Waktu yang diperlukan untuk pembuatannya diperkirakan setengah
abad.
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun
Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan
perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga
dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan
ke-9.
Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu
ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi
Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan
Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan benar-benar
dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di
Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Syailendra diketahui sebagai
penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa
mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun
berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa
Sanjaya memerintahkan
pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di
perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur
dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir
bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan
sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya
pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850
M.
Pembangunan candi-candi Buddha (termasuk Borobudur)
saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai
Panangkaran memberikan izin
kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan
penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan
pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti
Kalasan berangka tahun
778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat
Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan
dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja
Menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula
sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan
pada masa itu (wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang
memuja Siwa) yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi
pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi
Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang
dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa
Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan
tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan
yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Syailendra juga
terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.
2.1.2 Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,4 m
diatas pemukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas daratan disekitarnya.
Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah, kurang lebih 41 km dari Yogyakarta, dan 80 km
dari Kota Semarang, Ibu Kota Jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingin
oleh pegunungan Manoreh disisi selatan, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu disisi
timur, serta Gunung Sumbing dan Gunung Sindiro disisi barat laut. Di sebelah
timur Candi Borobudur juga terdapat sungai Proyo dan sungai Elo.
2.1.3 Deskripsi Bangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas 7,8 ha pada
ketinggian 265,4 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas
bukit disekitarnya. Untuk menyesuaikan dengan profil candi yang akan dibangun,
bukit diuruk dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m–8,5 m. Bentang (ukuran)
candi yang diurug dari dinding terluar adalah 121,7 m x 121,4 m dengan tinggi
bangunan yang masih tersisa 35,4 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras
1, 2, dan 3 tersusun dari batu andesit denga sistem dry masory (tanpa perekat)
diperkirakan mencapai 55.000 m3 atau 2.000.000 blok batu. Untuk
memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah
horizontal, sedangkan untuk arah vertikal dengan sistem getakan.
Pada masing-masing tingkat dan penjuru mata angin terdapat pintu gerbang
atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bangunan candi Borobudur
berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur
sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk, melainkan hanya bisa naik
sampai terasnya.
Pada bagian puncak Candi Borobudur terdapat stupa. Stupa merupakan
tempat menguburkan jenazah Budha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karso dalam
buku Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 Kelas SLTP (1995), yang menyatakan
bahwa: “Stupa adalah tempat menguburkan jenazah Budha. Akan tetapi, bentuknya
tidak seperti stupa di India, melainkan berbentuk punden berundak, yaitu
bangunan suci nenek moyang Indonesia pada zaman megalitikum.”
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau
lantai yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri. Candi Borobudur
tersusun atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, tubuh, dan puncak. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Madhori dalam buku Candi Borobudur Sepanjang Masa,
yang menyatakan bahwa: ”Sebagai sebuah bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi
atas tiga kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat, dan puncak.”
2.2 Objek Wisata
Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks di Keraton tersebut digunakan sebagai museum. Berikut
pembahasan tentang sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan Keraton Yogyakarta.
2.2.1 Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta
dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti yang
dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran
Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sebelum
menempati Keraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I
atau Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin
Panotogomo Kalifatullah tinggal di
Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Keraton
Yogyakarta.
Pada awalnya ada beberapa versi, Keraton Yogyakarta adalah bekas
pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Fungsi Pesanggrahan adalah tempat
peristirahatan iringan–iringan jenazah raja–raja Mataram (Kartasura dan
Surakarta) yang akan dimakamkan di Makam Imogiri. Sedangkan versi lain
menyebutkan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta adalah sebuah mata air yang bernama
Umbul Pacethokan, terletak di tengah hutan Beringin.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam
di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti
yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan
Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan
Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta
memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda
kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu
lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia
UNESCO.
2.2.1 Lokasi Keraton Yogyakarta
Kraton Yogyakarta berlokasi di Jalan Rotowijayan 1,
Daerah Istimewa Yogyakarta, 55133, Indonesia. Kraton Yogyakarta berada di
sekitar 7 lintang
selatan dan 110lintang utara. Kraton Yogyakarta berada pada koordinat
7°48'23.6" lintang selatan dan 110°21'50.6" lintang utara. Kraton
Yogyakarta diapit oleh dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun
Selatan. Masing-masing alun-alun berukuran kurang lebih 100 x 100 meter.
2.2.1 Deskripsi Bangunan Keraton Yogyakarta
Bagian-bagian utama Kraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah:
Gapura Gladag-Pangurakan, kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid
Gedhe (Masjid Raya Kerajaan), Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler,
Kompleks Kemandhungan Ler, kompleks sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks
Kemagangan, Kompleks Kamardhungan Kidul, Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang
disebut Sasana Hinggil), serta Alun-alun Kidul (Lapangan selatan) dan Plengkung
Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh
dikatan simetris. Sebagian besar bangunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap
arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di
daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun
demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton jugta
memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks
Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton kilen, Kompleks taman
Sari, dan Kompleks Istana Putera Mahkota mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem
Mangkubumen. Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan
yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut
ada beberapa bangunan yang terkait dengan Keraton antara lain Tugu Pal Putih,
Gedhong Krapyak, Dalem Kepatihan 9 istana Perdana Menteri dan Pasar
Beringharjo.
Secara umum setiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi
dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang
ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok
yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar
Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal.
Di belakang atau di
muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau
Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang
khas. Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya
arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari
udaya asing seperri Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya
berbentuk/berkonstruksi joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo
terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding
dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap
bambu dan betiang
bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap
seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari
sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap
tersebut ditopang oleh tiang utama yang disebut dengan Soko Guru yang
berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan
biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau
muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang
terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan
tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi
dari kaligrafi Allah, Muhammad dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
2.3 Objek Wisata Goa Jatijajar
Gua Jatijajar adalah sebuah tempat wisata berupa gua alam yang terletak di desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten
Kebumen. Gua ini
terbentuk dari batu kapur. Berikut pembahasan tentang sejarah,
lokasi, dan
deskripsi bangunan Gua Jatijajar.
2.3.1 Sejarah Gua Jatijajar
Gua Jatijajar ditemukan seorang petani yang memiliki tanah di atas Gua tersebut yang
bernama K. Jayamenawi pada tahun 1802, diberi
nama Jatijajar karena waktu ditemukan dimuka pintu goa dahulu ada dua pohon
jati yang sedang tumbuh sejajar. Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil
rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah
lobang ventilasi yang ada di langit-langit Gua tersebut. Lobang ini mempunyai
garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh tanah. Maka setelah
tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ketemulah pintu Gua yang sekarang
untuk masuk. Karena di muka pintu Gua ada 2 pohon jati yang besar tumbuh
sejajar, maka gua tersebut diberi nama Gua Jatijajar
Sebelum Gua Jatijajar
dikembangkan menjadi objek wisata, Gua Jatijajar
dimanfaatkan untuk bersemedi, mandi, serta untuk mengambil air untuk dibawa
pulang.
Sungai atau sendang dibawah tanah di Gua Jatijajar yaitu sungai
Pusar Bumi dan Jombor yang tampaknya masih alami dan gelap, serta memiliki
mitos dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan menurut kepercayaan
masing-masing. Sungai mawar mitosnya jika air digunakan untuk mandi atau
sekedar mencuci muka, maka bisa awet muda. Sungai kantil, jika airnya digunakan
untuk mencuci muka maka cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada masa penjajahan Belanda, Gua Jatijajar digunakan sebagai
tempat rekreasi yang dibuktikan dengan tulisan-tulisan nama pengunjung orang
Belanda di dinding-dinding goa. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, Gua
Jatijajar digunakan untuk pertambangan batu Fosfat.
Pada tahun 1975 Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi
Objek Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Gua
Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Sedang pada waktu itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno
Suryodiprojo.
Untuk melancarkan
dan melaksanakan pengembangan Gua Jatijajar ditunjuk langsung oleh Bapak
Suparjo Rustam cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS adalah
Bapak Saptoto, seorang seniman deorama yang terkenal di Indonesia. Sebelum
Pemda Kebumen melaksanakan pembagunan Gua Jatijajar, terlebih dahulu
Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pembangunan
Objek Wisata Gua Jatijajar Seluas 5,5 hektar.
Setelah Gua Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda
Kebumen. Sejak Gua Jatijajar dibangun, di dalam Gua Jatijajar sudah ditambah
dengan bangunan-bangunan seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai
penerangan, trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang
masuk ke dalam Gua Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau diorama.
2.3.2 Lokasi Gua Jatijajar
Lokasi wisata Gua Jatijajar terletak 21 Km sebelah barat daya kecamatan
Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu sebagian
dari wilayah kabupatem Kebumen adalah termasuk ke wilayah Kadipaten Pasir Luhur
yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Padjajaran, pusat pemerintahannya di
Bogar (Batu Tulis), Jawa Barat. Untuk menuju ke objek wisata ini telah tersedia
sarana dan prasarana transportasi, penginapan serta rumah makan yang relative
representatif.
2.3.3 Deskripsi Bangunan Gua Jatijajar
Gua Jatijajar mempunyai panjang dari pintu masuk ke pintu keluar
sepanjang 250 m. lebar rata-rata 15 m dan tinggi rata-rata 12 m. Sedangkan
ketebalan langit-langit rata-rata 10 m dan ketinggian permukaan laut 50 m.
Di dalam Gua Jatijajar banyak terdapat Stalagmit dan juga Pilar
atau Tiang Kapur, yaitu pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit.
Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi
dengan batu-batu kapur yang ditembusnya. Menurut penelitian para ahli, untuk
pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun
terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 (satu) cm saja. Oleh sebab
itu Gua Jatijajar merupakan gua Kapur yang sudah tua sekali.
Beberapa faktor alam yang mengakibatkan terjadinya gua–gua di daerah
kapur di antaranya:
1) Karena adanya aliran sungai
di bawah tanah;
2) Karena tekanan endogen dari dalam bumi; dan
1) Karena abrasi air laut (hal ini terjadi
khusus pada gua pantai).
Batu-batuan yang ada di Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua
sekali. Karena umur yang sudah tua sekali itu, maka di muka Gua Jatijajar
dibangun sebuah patung Binatang Purba Dinosaurus sebagai simbol dari Objek
Wisata Gua Jatijajar, dari mulut patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan
sendang Mawar, yang sepanjang tahun belum pernah kering. Sedangkan air yang
keluar dari patung Dinosaurus tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar
sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya.
Diorama yang di pasang dan dalam Gua Jatijajar ada 8 (delapan) diorama,
yang patung-patungnya ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda
dari "Raden
Kamandaka - Lutung Kasarung". Adapun
kaitannya dengan Gua Jatijajar ialah, dahulu kala Gua Jatijajar pernah
digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama
aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Perlu diketahui bahwa zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten
Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat
pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat.
Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur
Kali Lukulo masuk ke wilayah Kerajaan Mojopahit, sedangkan sebelah barat Kali
Lukulo masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di
kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14.
Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Gua Jatijajar.
Di dalam Gua Jatijajar terdapat tujuh sungai atau sendang, tetapi yang
dapat dicapai dengan mudah hanya empat sungai yaitu: Sungai Puser Bumi, Sungai
Jombor, Sungai Mawar, dan Sungai Kantil.
Tiap-tiap sungai atau sendang mempunyai mitos, yaitu untuk sungai Puser
Bumi dan Jombor, konon airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala
macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan sungai Mawar, konon
artinya jika untuk mandi atau cuci muka, mempunyai khasiat awet muda. Kemudian
sungai
Kantil, jika airnya untuk mandi atau cuci muka maka niatnya atau
cita-citanya mudah tercapai. Pada saat ini yang telah di bangun baru Sendang
Mawar dan Sendang Kantil, sedangkan Sendang Puser Bumi dan Sendang Jombor
masih alami.
Berikut adalah data–data Gua Jatijajar :
Letak
: Desa Jatijajar,
Kabupaten
Kebumen
Jarak
: 42 Km dari kota kebumen
Lokasi
: 5.5 Ha
Keadaan Tanah : tanah kapur atau
Kars
Ketinggian : 50 m diatas permukaan laut
Panjang Goa
: 250 m
Lebar rata-rata
: 15 m
Tinggi rata-rata
: 12 m
Kedalaman
: 40 m
Suhu
udara : 20 - 32 0C
Kelembaban
: 60 %
Jenis Batuan : batu
kapur, fosfat, cadas, dan batu kaisit
2.4 Objek Wisata Candi
Prambanan
Candi Prambanan atau Candi
Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu
terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi
ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa
sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha
(ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang
menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
2.4.1 Sejarah
Ditemukannya Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat
ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa,
namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9
oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu.
Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti
Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum
Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada
masa pemerintahan Rakai Pikatan.
Pada
1733, candi Prambanan ini
ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Kemudian pada 1855 Jan
Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari
bilik candi. Beberapa waktu kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran
besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di
sepanjang Sungai Opak.
Pada 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara
bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan
Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih
metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha
pemugaran kembali.
Pada 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir
hayatnya pada 1930. Pada 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada
1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia
dan itu berlanjut hingga 1993.
Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai
ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75%
batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak
dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan
5,9 pada skala menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan
kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk di sana.
Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Prambanan, khususnya candi
Brahma. Hingga saat ini perbaikan masih terus dilakukan dan beberapa di
antaranya sudah rampung.
2.4.2
Lokasi Candi Prambanan Yogyakarta
Siapa
lagi yang tak mengenalnya? candi indah yang berada di Jogja dan merupakan salah
satu tujuan destinasi wisata saat di Jogja.
Kompleks
candi prambanan ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan
Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta. Lokasi
Obyek Wisata Candi Prambanan Yogyakarta ini persis di perbatasan antara
provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya pun sangat unik,
Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan,
Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah
adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Candi Prambanan sendiri
termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia,
sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini
berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan
candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang
di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.
Candi
Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma,
dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu
candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk
Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4
candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224
candi. Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling
tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa,
sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa),
Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang
disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas. Di
Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan
menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang
terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu
ruangan berisi arca Brahma.
2.4.3 Deskripsi Kompleks Candi Prambanan Candi
Prambanan
Deskripsi bangunan percandian prambanan
terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat) yang makin
ke arah dalam makin tinggi tempatnyaberturut-turut luasnya 390 m2
,222 m2, dan 110 m2. Di dalam latar tengah terdapat
reruntuhan candi Perwara.
Apabila seluruhnya telah selesai di Pugar, maka aka nada
224 buah candi yang ukuranya sama yaitu luas dasar 6 m2 dan
tingginya 14 m. candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan.
Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu
Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda.
Candi prambanann adalah candi bercorak
hindu yang terdapat di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dan
merupakan candi
merupakaan candi hindu yang terbesar di Jawa Tengah.
Bentuk candi prambanan adalah
sebagaimana yang di jelaskan di mitologi hindu yang paling dominan adalah
bentuk atapnya yang meruncing ke atas.
Candi sebagai bangunan terdiri dari 3
bagian yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Bahwa ciri-ciri ragam
candi jawa tengah ialah bentuk bangunanya tambun, atasnya berundak-undak,
puncak berbentuk ratna atau stupa, gawang pintu dan relung berhias kalamakara,
reliefnya timbul agak tinggi berlukisan naturalis, letak candi di tengah
halaman, menghadap ke timur, dan terbuat dari batu andesit.
Bedasarkan pernyataan bisa di ambil
kesimpulan bahwa candi Prambanan berbentuk sama separti candi-candi lain yang
ada di jawa tengah dan itulah yang membedakan dengan candi yang berada di
jawa Timur.
Candi prambanan memiliki bangunan yang di pagari tembok
keliling oleh deretan candi perwara selain itu candi ini
memiliki dua candi apit didekat pintu masuk utara dan selatan
2.4 Objek Wisata Taman Pintar
Taman Pintar
Yogyakarta (bahasa Jawa: Hanacaraka,) adalah wahana wisata yang terdapat
di pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta, di kawasan Benteng Vredeburg. Taman ini memadukan tempat wisata
rekreasi maupun edukasi dalam satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain
sekaligus sarana edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Akses langsung
kepada pusat buku eks Shopping Centre juga menambah nilai lebih Taman Pintar.
Tempat rekreasi ini sangat baik untuk anak-anak pada masa perkembangan.
Beberapa tahun ini Taman Pintar
menjadi alternatif tempat berwisata bagi masyarakat Yogyakarta maupun luar
kota.
Taman ini, khususnya pada wahana
pendidikan anak usia dini dilengkapi dengan teknologi interaktif digital serta
pemetaan video yang akan memacu imajinasi anak serta ketertarikan mereka
terhadap teknologi. Pada saat ini ada 35 zona dan 3.500 alat peraga permainan yang
edukatif.
2.4.1 Sejarah Taman Pintar
Sejak
terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi
Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era
tanpa batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan
tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi
realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap
pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk
Pembangunan “Taman Pintar”.
Disebut
“Taman Pintar”, karena di kawasan ini nantinya para siswa, mulai pra sekolah
sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam pemahaman soal
materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi.
Dengan
Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science kepada siswa
mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah,
sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar
teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi
sendiri.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.
Relokasi
area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan pembangunan
Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang
diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas,
Bambang Soedibyo.
Pembangunan
Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang
diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang
Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur
DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pembangunan
Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung
Memorabilia.
Dengan
selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada
tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono.
2.4.2. Lokasi Taman Pintar
Taman pintar berlokasi di jantung
Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 3 Yogyakarta, Indonesia.
Lokasi taman ini sebelumnya merupakan lokasi Shooping Center yang kini
direlokasi ke sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya
Yogyakarta, Gedung Societet Militair, dan Pasar Beringharjo. Di sebelah selatan
taman ini terdapat Bank Indonesia cabang Yogyakarta, Kantor Pos Besar
Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di sebelah timurnya terdapat Pos Polisi,
sedangkan di sebelah baratnya terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng
Vredeburg, Gedung Agung dan Jalan Malioboro.
Akses menuju taman pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat dengan Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
Akses menuju taman pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat dengan Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
2.4.3 Deskripsi Taman Pintar
Secara garis besar, materi isi taman
ini terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia,
dibagi menurut tingkat pra sekolah, taman kanak kanak, sekolah dasar, hingga
sekolah menengah. Sedangkan untuk penekanan materinya, diwujudkan dalam bentuk
interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan
yang ada, mulai dari anjungan permainan, anjungan pengenalan, anjungan materi
ilmu dasar, hingga anjungan penerapan iptek. Format materinya disusun dalam
bentuk sub-sub tema dan zona ruang sebagai media penyampaian materi yang
terkandung.
Disini anak-anak bukan hanya dapat bermain secara menyenangkan, namun juga sambil belajar dan tentu menyenangkan. Beragam wahana dibuat semenarik mungkin sehingga anak-anak secara tidak sadar sedang menjalankan proses pendidikan yang sangat positif bagi perkembangan mental dan fisiknya.
Disini anak-anak bukan hanya dapat bermain secara menyenangkan, namun juga sambil belajar dan tentu menyenangkan. Beragam wahana dibuat semenarik mungkin sehingga anak-anak secara tidak sadar sedang menjalankan proses pendidikan yang sangat positif bagi perkembangan mental dan fisiknya.
2.5. Objek Wisata
Malioboro
Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang
membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta
diujung utara hingga pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan.
Malioboro adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta
dengan kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong
maupun warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara
dikanan-kiri jalan adalah toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta
sepanjang trotoar kaki limanya dijejali lapak-lapak penjaja souvenir khas
Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan
sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian
warga Yogyakarta.
2.5.1
Sejarah Asal Usul Malioboro Jogja
Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg
berarti karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan
HB I pada th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan
melalui pasar tradisional, dahulu di kawasan itu banyak terdapat karangan bunga
sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika kemudian kawasan itu dinamakan
Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya, Malioboro berada berada segaris dengan
gunung merapi, kraton dan pantai parang tritis jogja.
Malioboro terletak 800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan
maliboro yogyakarta dulunya pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia
saat terjadi agresi militer belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan
gedung perkantoran dan gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang
menjadi pusat bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi
tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang
bermukim di Yogyakarta.
2.5.2 Lokasi Malioboro
Sejak awal degup jantung Malioboro
berdetak telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap
bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga
menjadi salah satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan
Indonesia. Bangunan Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823
menjadi titik penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta yang merupakan
soko guru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai
perisitiwa penting sejarah Indonesia dimulai dari sini.
2.5.3 Deskripsi Malioboro
Pada tanggal 6 Januari 1946,
Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda.
Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno beserta
keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada
tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang
Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang
masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula. Benteng Vredeburg
yang berhadapan dengan Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama
Rusternburg (peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan
saat ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui
Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan
pemerintahan Sultan HB I
2.6. Obyek Wisata Pantai Paring Tritis
Pantai Parangtritis terletak 27 km
selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi
hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam
adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini.
Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing
Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area
Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
2.6.1
Sejarah Pantai Parangtritis
Sejarah
nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari
Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini.
Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari
celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut
Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.
2.6.2 Lokasi Pantai Parangtritis
Kawasan
wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota
Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari
arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai
kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan
Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang
biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua
adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang
lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan
menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir
karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan
dengan areal persawahan yang luas menghijau, suangai yang mengalir indah, serta
deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan
pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat
sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari.
Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan, dan sebagainya.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan, dan sebagainya.
2.6.3 Deskripsi Pantai Parangtritis
Parangtritis
adalah sebuah pantai sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan
bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis
yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya
maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu
menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu
diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah
mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang
sempurna untuk menikmati matahari terbenam (sunset) yang sangat romantis.
Kompleks yang termasuk kawasan Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Datarang Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam pemandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini ditemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika menginginkan medan yang lebih menantang, bisa juga mengunjungi bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, juga akan disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas di antara bebatuan kapur, akan mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.
Kompleks yang termasuk kawasan Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Datarang Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam pemandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini ditemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika menginginkan medan yang lebih menantang, bisa juga mengunjungi bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, juga akan disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas di antara bebatuan kapur, akan mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.
2.7. Objek Wisata
Malioboro
Jogja Bay Adventure
Pirates Waterpark adalah taman wisata waterpark Jogja Bay yang berada di tanah
seluas 7,7 hektar. Waterpark di Jogja yang satu ini lokasinya persis ada di
sebelah utara Stadion Maguwoharjo. Jadi sangat mudah menemukan lokasi dari
Jogja Bay. Selain itu, untuk memanjakan para pengunjungnya, pihak pengelola
setidaknya sudah menyiapkan 19 wahana air yang siap menghibur siapa saja dengan
berbagai pengalaman bermain air yang seru.
Dengan semua
wahana ada, harga tiket masuk Jogja Bay Adventure Pirates Waterpark ini tidak
terlalu mahal. Harga tiketnya adalah IDR 60.000 untuk anak-anak dan IDR 90.000
untuk orang dewasa. Selain itu untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun gratis,
sementara dewasa di atas 65 tahun adalah IDR 60.000. Nah, kalian mau coba
liburan ke Jogja Bay Adventure Pirates Waterpark? Waterpark terbaru di Jogja
ini katanya yang terbesar di Indonesia loh!
2.7. Obyek Wisata Jogja Bay
Balong Waterpark
adalah waterpark di Jogja yang berada di Jalan Pleret, Banguntapan, Bantul. Disini tentunya ada berbagai wahana
air seru yang bisa kalian nikmati. Salah satu yang keren misalnya adalah Water
Coaster yang menyediakan pengalaman berseluncur dengan kecepatan 60 km/jam dari
ketinggian sekitar 9.
Yang lebih seru lagi ketika kalian
mencoba wahan Water Coaster, kalian bisa berseluncur secara berpasangan. Karena
memang wahana yang satu ini menyediakan 2 jalur seluncur yang bersebelahan.
Atau, jika kalian masih merasa kurang puas, dan ingin lebih memacu adrenalin,
ada juga water slide setinggi 12 m. Keren gak?
Sementara itu, biasanya wahana Family
Slide menjadi pilihan yang tepat jika ingin berseluncur secara bersamaan atau
beramai-ramai. Memang lebar wahana Family Side di Balong Waterpark ini mencapai
3,5 m. Nah, tunggu apa lagi, sebaiknya kalian segera liburan kesini deh!
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Yogyakarta memiliki objek-objek wisata yang menarik untuk ditelusuri
dan juga memiliki ciri khas dan daya tarik yang berbeda-beda. Namun,
semua kelebihan itu tidak luput dari kekurangan, meskipun semua kekurangan
tersebut mampu ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki objek tersebut.
Candi Borobudur merupakan warisan budaya yang memiliki nilai sejarah
yang tinggi. Candi ini terletak di desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah. Candi ini terkenal karena arsitektur bangunannya yang megah dan
mencirikan agama Buddha. Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 M.
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan
setelah Perjanjian Giyanti yang dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau tahun
Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar Sri Sultan
Hamengku Buwono I. Bangunan Keraton membentang dari utara ke selatan. Halaman
depan dari Keraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut
alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Keraton, Tugu dan
Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang
keramat.
Gua Jatijajar ditemukan oleh K. Jayamenawi pada tahun 1802. Goa
Jatijajar mempunyai panjang dari pintu masuk ke pintu
keluar sepanjang 250 m. lebar rata-rata 15 m dan tinggi rata-rata 12 m.
Sedangkan ketebalan langit-langit rata-rata 10 m. Gua Jatijajar terletak di
Kebumen, Jawa Tengah.
3.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa beberapa objek wisata yang ada di wilayah Yogyakarta seperti
Candi Borobudur perlu dikembangkan dan dilestarikan. Banyak candi–candi yang
berada di wilayah tersebut rusak. Oleh karena itu, sebaiknya proses
perenovasian segera dilakukan.
Candi Borobudur walaupun keadaan bangunannya lebih terlihat kokoh, namun
bila dilihat secara spesifik banyak sekali bagian bagian candi yang tidak pada
tempatnya, sebaiknya dilakukan perbaikan kembali terhadap candi–candi yang
runtuh.
Keraton Yogyakarta juga merupakan salah satu objek wisata yang menarik
dan unik tetapi tidak banyak kegiatan tradisional yang diperlihatkan didalam
Keraton tersebut sehingga menimbulkan kesan bosan, sebaiknya lebih
diperlihatkan lagi mengenai kegiatan-kegiatan dalam Keraton agar lebih
menonjol, sehingga pengunjung lebih mengerti dan paham tentang kegiatan yang
ada didalam Keraton tersebut.
Sementara itu Gua Jatijajar tidak terdapat kerusakan dan keruntuhan pada
dinding dan sekitar Gua. Akan tetapi, tingkat kebersihan dan keamanan di Gua
Jatijajar sangatlah kurang. Jadi, mohon untuk ditingkatkan kebersihan dan
keamanan pada objek wisata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu J.S. dan Sultan Moh. Zain 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Fais, Ali.
2003. IPS 2 Kelas 4 SD. Klaten: Intan Pariwara
Karso. 1995. Ilmu
Pengetahuan Sosial Jilid 1 Kelas 1 SLTP. Bandung: Angkasa.
Madhori. Candi
Borobudur Sepanjang Masa. Jawa Tengah: PT Taman Wisata Candi.
Rajasa, Aiaz. 2007.
Candi Borobudur Candi Pawon & Candi Mendut. Percetakan Kupu.
Unit Taman Wisata Candi Prambanan. Kompleks Percandian Prambanan
(Loro Jonggrang) dan candi – candi sekitarnya. Tlogo Prambanan: PT Taman
Wisata Candi.
Candi Borobudur. Tlogo Prambanan: PT Taman Wisata Candi.
Rusmin. 1991. Goa
Jatijajar. Kebumen: Dinas Perhubungan dan Kepariwisataan
Staf Ensiklopedia
Nasional Indonesia. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Syukur, Abdul. 2005. Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve
Wardiyatmoko, K. 2004. Biografi SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga
Sumber Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur, halaman ini terakhir diubah pada 12.15, 18 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat, halaman ini terakhir diubah pada 12.27, 18 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Jatijajar, halaman ini terakhir diubah pada 12.43, 18 Januari 2014.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar