MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(PTK di Kelas
VIII SMP Negeri 1 Pagelaran)
Oleh
GATUT
PUJIANTO
PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang
memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya
berlangsung proses pembelajaran yang merupakan kegiatan paling mendasar dalam pendidikan.
Proses pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran
dalam bentuk belajar. Hasil belajar dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor
yang antara lain kemampuan mengajar guru, materi pembelajaran dan sarana
belajar (Sardiman, 2009:143).
|
Tercapainya tujuan pembelajaran yang baik dalam
kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha tercapainya interaksi yang
baik pula antara guru yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar.
Kemampuan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam menyajikan materi pembelajaran, guru
hendaknya menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang tepat supaya
memudahkan siswa dalam proses pembelajaran dan melibatkan siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran. Kenyataannya dilapangan, khususnya dalam mata
pelajaran Biologi kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara klasikal.
Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah
dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengan, catat, dan
hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas
belajar.
Ketersediaan sarana belajar juga mendukung siswa
dalam belajar (Amiria 2011:11). Sarana belajar yang lengkap di sekolah seperti
fasilitas intemet sebenarnya sudah sangat mendukung siswa untuk bisa
mendapatkan informasi sebagai sumber belajar selain guru. Namun karena terbiasa
dengan model pembelajaran konvensional yang cenderung monoton tersebut, siswa
menjadi cenderung hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar
mereka dan yang lebih buruk lagi kurang memotivasi siswa mencari sumbersumber
belajar di luar sekolah secara mandiri.
Dukungan orang tua sangat diperlukan untuk siswa
dalam mencapai hasil, belajar, dukungan orang tua yang baik hendaknya mampu
memenuhi kebutuhan belajar anak, misalnya mampu menyediakan sarana belajar yang
baik juga memberi dukungan moril yang cukup. Hendaknya orang tua memberi
dukungan tidak berlebihan, karena dukungan orang tua yang berlebihan akan
membuat anak tidak mandiri, manja serta akan menjadi pemalas.
Dalam proses pembelajaran di sekolah sebagai suatu
sistem mempunyai komponen-komponen yang merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan
guna mencapai tujuan yang diinginkan (Muhaimin 1991:11). Salah satu komponan
pembelajaran yang mutlak adalah model yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
yang ingin di capai.
Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan
dikelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran diketahui bahwa :
1.
Proses pembelajaran lebih sering
dilakukan dengan metode ceramah
2.
Guru belum banyak menggunakan atau
menerapkan model pembelajaran dalam pengelolaan kelas. Sebagai akibat dari
kedua hal tersebut suasana pembelajaran berjalan monoton, informasi satu arah
(teacher centered), siswa tidak aktif, atau cepat bosan, tidak terbangun
suasana belajar yang konduksif Akibatnya berdampak kepada, hasil belajar siswa
yang 60% masih dibawah KKM (65).
Berdasarkan data yang ada di atas, terlihat bahwa
hasil belajar biologi, yang di peroleh siswa masih kurang optimal. Ini terlihat
dari jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 65 baru sebanyak 12 siswa
dengan persentase 40,00%, di SMP Negeri 1 Pegelaran menetapkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65. Berkenaan hal tersebut diatas dirasa perlu
upaya mencari cara alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar biologi oleh siswa. Salah satu model pembelajaran
yang diduga cocok untuk menjawab permasalahan ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Keunggulan
tipe STAD
Mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17).
1.
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan
dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok,
2.
Siswa aktif membantu dan memotivasi
semangat untuk berhasil bersama,
3.
Aktif berperan sebagai tutor sebaya
untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
4.
Interaksi antar siswa sering dengan
meningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa diperlukan metode atau model yang melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka permasalahan yang hendak diangkat adalah "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPS STAD (Student Teams Achiement
Division) OLEH SISWA KELAS VIII.7 SMP NEGERI
1 PAGELARAN”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran bersifat teacher centered yang model
pembelajarannya tidak memacu aktivitas belajar pada siswa
2.
Hasil belajar biologi oleh siswa 60%
masih di bawah KKM
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa
kelas VIII.7 SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun 2012 / 2013
2. Apakah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar oleh
siswa kelas VIII.7 Negeri 1 Pagelaran Tahun 2012/2013
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas VIII.7
SMP Negeri 1 Pagelaran dalam proses
pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Mengetahui
peningkatan hasil belajar oleh siswa VIII.7 SMP Negeri 1 Pagelaran dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi
penulis atau mahasiswa yang memerlukan dapat dijadikan sebagai salah satu model
pembelajaran yang nantinya dapat diterapkan pada saat terjun langsung di
sekolah
2. Bagi
guru hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah
guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi
siswa dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berfikir secara optimal
dalam metode kooperatif agar siswa tidak jenuh dan bosan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.7 semester ganjil SMP Negeri 1 Pagelaran
tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 30 siswa.
2. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran dalam kelompok dengan siswa bekerja
sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen, untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran dikelas. Tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu
presentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu, dan
penghargaan kelompok.
a. Aktivitas
belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk
mencapai perubahan perilaku. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini
adalah aktivitas yang terjadi selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Hasil
belajar yang dimaksud adalah hasil tes formatif yang diberikan selama proses
pembelajaran untuk setiap siklus.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran
biologi dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD akan meningkatkan aktivitas belajar pada
siswa kelas VIII.7 SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2012/2013
2. Pembelajaran
biologi dengan menggunakan tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar oleh
siswa kelas VIII.7 SMP Negeri 1 Pagelaran
tahun pelajaran 2012/2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aktivitas Belajar
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan belajar sendiri atau aktivitas sendiri. Aktivitas belajar
tidak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat pada pengajaran
tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun
menitik beratkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan
kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan
diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri pelajar di bawah bimbingan
tenaga pengajar. Menurut (Sardiman. 2006: 99) "Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas:". Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi
belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik,
sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus
dilakukan oleh siswa sebagai usaha meningkatkan belajar. Menurut Diedrich dalam
Sardiman (2009: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan
belajar siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
|
1. Visual activities,
Kegiatan-kegiatan visual yaitu : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain
2. Oral activities,
kegiatan lisan seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening activities,
sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato
4. Writing activities,
seperti misalnya : menilis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin
5. Drawing activities,
misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram
6. Motor activities,
yang termasuk di dalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model merepasi, bermain, berkebun, beternak
7. Mentral activities,
sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkam soal, menganalisis,
melihat hubungan mengambil keputusan
8. Emotional activities,
seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Bruner dalam Trianto (2009:38) belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Siswa melakukan kegiatan
secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Memes
(2001:36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relavan dalam
pembelajaran meliputi:
1. Interaksi
anak dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi
kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
2. Keberanian
anak dalam bertanya/mengemukakan pandapat.
3. Partisipasi
anak dalam PBM (melihat dan ikut aktif dalam diskusi).
4. Motivasi
dan kegairahan anak dalam mengikuti PBM (menyelesaikan tugas dan aktif
memecahkan masalah).
5. Hubungan
anak dengan anak selama PBM.
6. Hubungan
anak dengan guru selama PBM.
Pada perinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati
dan Mujiono (2002 : 7) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
B. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil
belajar. Menurut Hamalik (2004:27), Belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas belajar. Menurut
Sardiman (2001:20), Belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Abdurrahman (1999:28) mengatakan bahwa : Belajar merupakan proses dari seorang
individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar,
yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap
Menurut Dimyati dan Mudjiono
(1999:3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran berbeda‑
beda. Perbedaan hasil belajar
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut, Hamalik (2004:. 183), Perbedaan hasil belajar dikalangan
para siswa disebabkan oleh berbagai alternatif faktor-faktor, antara lain:
faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi
masing-masing, sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.
Sedangkan menurut Soemanto (1998:20), prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh
aktivitas yang dilakukan oleh anak itu sendiri. Berdasarkan pendapat di atas,
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
aktivitas- aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa mempunvai pengaruh yang
besar terhadap hasil belajarnya. Siswa yang aktif cenderung mendapatkan nilai
yang tinggi dibandingkan siswa yang kurang aktif.
C. Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning/CL) Model STAD
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pembelajaran oleh Katz (Dalam Sudirman, 2009: 143).
1. Landasan
Teoritik
Apabila anda baca modul yang berjudul: “Landasan
Teori dalam Pengembangan Model-model Pengajaran”, maka model pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruk. Hal ini terlihat pada
salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural
dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi
mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Implikasi
dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif.
Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga
sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and
learning), yaitu tentang learning community.
Untuk lebih jelasnya, anda dapat membacanya pada subjudul Teori Konstruktivis
Berta subjudul Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Lie 2003: 12).
2. Tujuan
Hasil Belajar Siswa
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan
pengajaran langsung. Disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penelitian siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya
anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara
akademis. Robert Salvin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini
melalui penggunaan pembelajaran kooperatif (Stavin dalam Etin dan Raharjo
2007:4).
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa
kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki
orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas
akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tenteng hubungan ide-ide yang terdapat
didalam materi tertentu (Lie (2007:12).
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak
orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung
satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam
Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa
masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering
pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindakan kekerasan atau
betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja
dalam situasi kooperatif (Abdurahman dan.
Bintoro dalam Nurhadi, 2004: 60).
D. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan berbagai tugas antara
anggota kelompok selama kegiatan (Syarif Hidayat 2009: 15).
Keterampilan keterampilan kooperatif tersebut antara
lain sebagai berikut (Lundgren, 1994: 11):
1. Keterampilan
kooperatif tingkat awal, meliputi :
a.
menggunakan kesepakatan
b.
menghargai kontribusi
c.
mengambil giliran dan berbagi tugas
d.
berada dalam kelompok
e.
berada dalam tugas
f.
mendorong partisipasi
g.
menyelesaikan tugas pada waktunya
h.
menghormati perbedaan individu
2. Keterampilan
kooperatif tingkat menengah, meliputi :
a.
menunjukkan penghargaan dan simpati
b.
mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara
yang dapat diterima
c.
mendengarkan dengan aktif
d.
bertanya
e.
membuat ringkasan
f.
menafsirkan
g.
mengatur dan mengorganisir
h.
menerima tanggung jawab
i.
mengurangi ketegangan
3. Keterampilan
kooperatif tingkat mahir, meliputi
a.
Mengelaborasi
b.
Memeriksa dengan cermat
c.
Menanyakan kebenaran
d.
Menetapkan tujuan
e.
Berkompromi
4. Lingkungan
belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran
aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dan membentuk kelompok dan
mengidentifikasi semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam
mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pelajaran
pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajran yang lengkap
harus tersedia di ruangan guru atau di perpustakaan atau di pusat media.
Keberhasilan
juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara
ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Selain
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat
berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis,
dan kemampuan membantu teman (Nur, M 2000: 21).
Beberapa
persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran tipe STAD
antara lain :
1.
Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
dipersiapkan perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
2.
Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar
kemampuan siswa dalam kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok
dengan kelompok lainnya relatif heterogen
3.
Menentukan skor awal
Skor awal dapat digunakan dalam kelas kooperatif
adalah nilai Mangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah adanya. kuis
4.
Pengaturan tempat duduk
Mengatur tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu
juga, diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menjunjung keberhasilan pelaksanaan
kooperatif apabila tidak ada, pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan
kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran peda, kelas kooperatif
5.
Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja kelompok. Hal ini bertujuan
untuk lebih jauh mengenal masing-masing individu dalam kelompok.
Kooperatif
tipe STAD
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Nur dalam Trianto
2009:68-70). Dalam STAD siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan
pembelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa
dikenai kuis tentang materi itu, dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling
membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor mereka yang lalu mereka
sendiri dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyampaikan
atau melampaui prestasinya yang lalu.
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi
penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di
SMP Negeri 1 Pagelaran
2. Kelas
yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah kelas VIII.7 dengan jumlah
siswa 30 orang
3. Mata
pelajaran
Mata pelajaran yang digunakan sebagai materi
penelitian adalah ilmu pengetahuan alam Biologi semester ganjil
4. Waktu
penelitian
Penelitian tindakkan kelas dilaksanakan mulai bulan Oktober
sampai November 2012. Penelitian terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus
direncanakan dari 2 kali pertemuan.
B. Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1.
Aktivitas belajar siswa diteliti melalui
observasi pada saat pembelajaran berlangsung.
|
2.
Hasil belajar siswa adalah hasil yang
dilihat dari tes pada akhir dari setiap siklus.
C.
Rencana
Tindakan
Penelitian
tindakan terdiri atas empat tahapan yang dilakukan tahap tiap siklus yaitu (a)
perencanaan (b) pelaksanaan (c) observasi dan (d) refleksi.
Tahapan rencana
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Model
penelitian tindakan (Arikunto, 2007:6)
D.
Pelaksanaan
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dalam 3 kali pertemuan dengan rincian
sebagai berikut:
Siklus
1
1. Perencanaan
a.
Menetapkan konsep yang akan diajarkan
yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
b.
Membuat silabus
c.
Membuat RPP
d.
Membuat LKS
e.
Membuat perangkat tes
2. Pelaksanaan
a.
Guru membentuk kelompok yang terdiri
dari 5 orang untuk tiap kelompok
b.
Guru menjelaskan tentang konsep yang
telah ditetapkan
c.
Guru membagi lembar kerja dan siswa
melaksanakan diskusi beberapa kelompok
d.
Siswa berdiskusi menggunakan LKS yang
diberikan oleh guru
e.
Beberapa kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, guru mengobservasi dan memberikan penelitian serta menyimpulkan materi
f.
Diakhir siklus diadakan refleksi dari
guru mitra dan penelitian untuk mengkaji strategi pembelajaran dan aktivitas
siswa selama pembelajaran dengan tindakan dalam siklus 1 untuk acuan rencana
siklus berikutnya
3. Pengamatan
(observasi)
Pengamatan dilakaan oleh 2 orang guru sebagai
observer. Satu orang sebagai observer proses pembelajaran dan satu guru sebagai
observer aktivitas siswa.
4. Refleksi
Refleksi meliputi kegiatan analisis, memahami dan
membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dengan menganalisis hasil tes
dapat ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang
terjadi dan selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengambil hasil belajar.
Siklus
II dan III
Pada siklus II dan III pelaksanaannya sama dengan
siklus I. Pada siklus II memperhatikan hasil dari siklus I dan pada, sklus III
memperhatikan hasil dari siklus II
E. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari
a. Aktivitas
siswa, yaitu data yang diperoleh dari observasi terhadap aktivitas belajar
siswa selama pembelajaran berlangsung, yang dihimpun dari siklus I sampai
dengan III
b. Data
hasil belajar siswa yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai
tes yang diberikan setiap akhir siklus. Tes menggunakan pilihan jamak dengan
alternatif sebanyak 10 soal.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui lember observasi serta catatan lapangan.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama pelatian sebagai upaya untuk mengetahui
kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Aktivitas on task siswa
1.
Berdiskusi memecahkan masalah
Indikator :
1)
memberi pendapat
2)
meminta pendapat
3)
menghargai pendapat
2.
Bekerjasama mengerjakan LKS
Indikator
1)
ikut terlibat dalam mengerjakan LKS
2)
mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk
3)
mengerjakan LKS bersama dengan teman
satu kelompok
3.
Keberanian dalam bertanya dan
mengungkapkan pendapat Indikator
1)
bahasa yang digunakan logis
2)
penyampaian pendapat atau pertanyaan tidak
berbata-bata
3)
bertanya atau berpendapat sesuai dengan
materi pembelajaran
4.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran
Indikator :
1)
melihat petunjuk guru dan LKS
2)
mengikuti petunjuk guru dan LKS
3)
memahami petunjuk guru dan LKS
Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan
data aktivitas siswa pada saat pembelajaran adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Data aktivitas siswa pada proses
pembelajaran
No
|
Nama
Siswa
|
AspekAkdvitis
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||
AK
|
CK
|
KA
|
AK
|
CK
|
KA
|
AK
|
CK
|
KA
|
AK
|
CK
|
KA
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kriteria Skor : Aktif (AK)= jika 3 indikator yang
terlaksana atau lebih. Cukup aktif (CK)= jika 2 indikator yang terlaksana.
Kurang aktif (KA)= jika hanya 1 indikator yang terlaksana.
2. Instrumen
Hasil Belajar
Tes
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Setelah
diberikan pelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Nilai
diambil dari hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Bentuk tes yang
digunakan yaitu tes tertulis berupa soal pilihan jamak.
Hasil
tes seluruh siswa di rata-rata, kemudian dijadikan data tiap siklus yang akan
dibandingkan dengan rata-rata hasil tes siklus berikutnya.
3. Indikator
Penelitian
Penelitian
akan dihentikan dan dinyatakan berhasil bila :
a.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
meningkat dari siklus ke siklus
b.
Hasil belajar biologi oleh siswa mencapai
60% dari KKM yang ditetapkan yaitu 65
4. Lembar
observasi pengelolaan pembelajaran
Nama
Sekolah : SMP Negeri 1
Pagelaran
Nama
Guru : Gatut Pujianto
Mata
Pelajaran : IPA Biologi
Tanggal :
Pukul :
Kompetensi
Dasar : Menganalisis pentingnya
pertumbuhan dan
perkembangan
pada makhluk hidup
Pertemuan
ke :
Petunjuk :
Daftar pengelolaan pembelajaran berikut ini
berdasarkan
prinsip pembelajaran kooperatif yang dilakukan guru didalam kelas. Berikan
penilaian
No
|
Aspek Yang
Diamati
|
Penilaian
|
|||
I
|
Persiapan
(secara keseluruhan)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
II
|
Pelaksanaan
A.
Pendahuluan
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
Memotivasi siswa
3.
Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal
siswa / prasyarat
B.
Kegiatan inti
1.
Mempersiapkan materi pokok yang mendukung tugas
belajar kelompok dengan cara demokrasi atau teks
2.
Mengatur siswa dalam kelompok‑kelompok belajar
3.
Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar
4.
Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan
kooperatif oleh siswa
-
Mengajukan pertanyaan
-
Menjawab pertanyaan / menanggapi
-
Menyampaikan ide/pendapat
-
Tidak berada dalam tugas
5.
Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
6.
Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan
7.
Memberikan resitasi / umpan balik
C.
Penutup
1.
Membimbing siswa membuat, rangkuman
2.
Mengumumkan pengakuan atau penghargaan
3.
Memberi tugas rumah
|
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
|
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
|
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
|
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
|
III
|
Penggunaan waktu
|
……
|
……
|
……
|
……
|
IV
|
Suasana kelas
-
Berpusat pada siswa
-
Siswa antusias
-
Guru antusias
|
……
……
……
|
……
……
……
|
……
……
……
|
……
……
……
|
(Ibrahim, 2000:13)
Keterangan
1.
Tidak baik
2.
Kurang baik
3.
Cukup
4.
Baik
|
Pengamat
( …………………….)
|
0 komentar:
Posting Komentar